Dalam penggunaannya di berbagai sistem industri, ball valve hadir dalam beberapa bentuk utama yang disesuaikan dengan karakteristik aliran, tekanan, dan kebutuhan kontrol fluida. Masing-masing bentuk memiliki struktur unik dan fungsi tersendiri, sehingga penting untuk memahami perbedaan di antara jenis-jenis ball valve ini. Berikut adalah tiga bentuk ball valve yang paling umum digunakan:
1. Floating Ball Valve: Praktis untuk Tekanan Menengah
Salah satu jenis ball valve yang paling sering ditemui adalah floating ball valve. Desainnya mengandalkan bola yang “mengapung” di antara dua seat tanpa penahan tambahan di bagian bawah. Desain ini memungkinkan bola untuk sedikit bergeser dan menciptakan tekanan kontak yang membentuk segel kedap ketika aliran ditutup.

Menariknya, bola pada valve ini bergerak karena tekanan dari aliran itu sendiri. Saat operator memutar tuas atau handwheel sejauh 90°, bola ikut berputar dan membuka jalur aliran. Sebaliknya, ketika bola dalam posisi tertutup, tekanan dari sisi hilir mendorong bola ke seat sehingga terjadi penutupan yang rapat. Meski desain ini memungkinkan penutupan dua arah, floating ball valve dapat menjadi sulit dioperasikan saat menghadapi tekanan sangat tinggi.
Secara aplikasi, floating ball valve sangat cocok untuk sistem fluida bertekanan sedang, seperti dalam instalasi HVAC, pabrik pengolahan, hingga sektor minyak dan gas. Kecepatan dan keakuratan dalam menutup aliran menjadi nilai tambah pada tipe ini.
2. Trunnion Mounted Ball Valve: Stabil untuk Tekanan Tinggi
Berbeda dari floating type, trunnion mounted ball valve didesain dengan bola yang ditopang oleh dua penahan: stem di atas dan trunnion di bawah. Dengan adanya penyangga di dua sisi, bola tidak bebas bergerak secara horizontal, sehingga lebih stabil ketika menghadapi tekanan tinggi.

Cara kerjanya masih menggunakan rotasi seperempat putaran untuk membuka atau menutup aliran, tetapi karena bola tidak terdorong ke arah seat oleh tekanan fluida, gaya pengoperasian menjadi jauh lebih ringan. Justru desain inilah yang membuat trunnion mounted ball valve lebih efisien untuk sistem skala besar atau tekanan ekstrem, tanpa membebani operator atau aktuator.
Jenis ini menjadi pilihan utama pada sektor-sektor seperti petrokimia, pembangkit listrik, dan pengangkutan gas alam cair (LNG), di mana presisi dan keandalan tinggi sangat diperlukan. Meski harga dan kompleksitasnya lebih tinggi dibanding floating ball valve, keunggulan operasionalnya sebanding dengan investasi tersebut.
3. 3 Ways Ball Valve: Solusi Fleksibel untuk Arah Aliran Ganda
Ketika sebuah sistem membutuhkan pengaturan aliran yang lebih kompleks, seperti mengalihkan fluida antar saluran atau mencampur dua jenis fluida, maka 3 ways ball valve menjadi solusi yang ideal. Valve ini memiliki tiga port dan menggunakan bola dengan dua lubang sebagai jalur aliran.

Saat bola diputar, pengguna dapat mengalihkan aliran dari satu saluran ke dua jalur sekaligus, atau mengisolasi salah satu port sesuai kebutuhan sistem. Fleksibilitas pengaturan ini menjadikan 3 ways ball valve sangat berguna dalam sistem distribusi cairan atau gas yang memerlukan manajemen arah aliran secara dinamis.
Aplikasi umum dari jenis valve ini mencakup sistem HVAC, proses kimia, pengolahan air, serta berbagai sistem mixing dan diverging fluida. Keunggulan utama dari desain ini terletak pada efisiensi dalam pengendalian aliran dari beberapa sumber secara bersamaan.
Kesimpulan
Memahami jenis-jenis ball valve berdasarkan bentuknya sangat penting untuk memastikan pemilihan yang tepat dalam sistem perpipaan. Floating ball valve menawarkan solusi sederhana untuk tekanan menengah, trunnion mounted unggul dalam aplikasi bertekanan tinggi, sedangkan 3 ways ball valve ideal untuk pengaturan arah aliran yang lebih kompleks.
Dengan mengetahui kelebihan dan batasan masing-masing bentuk, Anda bisa menentukan tipe ball valve yang paling sesuai dengan kebutuhan operasional dan efisiensi sistem Anda.














































Leave a Reply